sadang-jatirogo.desa.id - Hari ini adalah kamis malam jum'at tanggal 05 september 2019 dan dalam penanggalan jawa kuno adalah tanggal 4 bulan Suro (Assuro). Hari mulai gelap dan waktu menunjukkan pukul 17.15WIB. Warga mulai berduyun-duyun mendatangi sebuah pertigaan jalan kecil yang berada di dalam kampung Dusun Sadang RT.003/RW.005 dengan membawa ambeng yaitu makanan yang terdiri dari nasi serta lauk pauk yang ditaruh didalam satu wadah. Sore itu adalah malam Jum'at Wage di minggu pertama bulan suro. Sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Desa Sadang setiap bulan Suro mereka mengadakan acara selamatan yang di beri nama "Bucu Kendit".
Bucu adalah nasi yang dibentuk seperti kerucut dan biasanya terbuat dari nasi kuning, dan kendit adalah lingkaran hitam yang gambar di tengah-tengah nasi tumpeng. Warna hitam pada kendit biasanya diperoleh dari arang maupun bagian hitam sisi luar dari panci dan dandang yang ada di dapur. Itulah alasan mengapa tumpeng tersebut dinamakan bucu kendit. Tradisi Bucu Kendit merupakan tradisi kuno masyarakat yang digelar dalam rangka menyambut bulan suro dan tradisi untuk tolak balak. Meskipun dalam rangka menyambut bulan suro, acara ini tidak harus dilaksanakan pada malam tanggal 1 suro, karena biasanya masyarakat mengambil hari kamis malam jumat wage pada minggu pertama bulan suro.
Mayarakat sudah berkumpul di pertigaan jalan desa dan menunggu Modin Desa untuk memulai acara. Tak berselang lama, Modin Desa pun datang dan acara segera dimulai. Modin Desa Sadang mengawali acara dengan mengumandangkan adzan terlebih dahulu. Setelah adzan dikumandangkan, Modin membacakan do'a dan diaminkan bersama-sama oleh warga yang hadir. Modin Berdo'a dan memohonkan kepada Allah SWT agar warga masyarakat diberikan keselamatan dan dijauhkan dari bala' dan mara bahaya. Setelah do'a dipanjatkan warga pun mulai membuka Ambeng Bucu Kendit yang mereka bawa masing-masing dari rumah. Warga saling bertukar makanan dan makan bersama-sama. Bucu Kendit biasanya dihidangkan dengan lauk berupa urap-urapan yang terdiri dari 7 macam daun dan sayuran serta serunding (sambal kelapa). Kegiatan ini merupakan tradisi yang harus dilestarikan oleh masyarakat. Selain untuk melestarikan budaya, acara ini juga dapat mempererat tali silaturahmi antar warga Desa. (@gus_sung)