Sadang-jatirogo.desa.id - Sedekah bumi merupakan salah satu adat dari masyarakat khususnya di wilayah Pulau Jawa untuk mengucapkan dan melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kelimpahan rezeki melalui hasil bumi yang berwujud segala macam hasil panen.

     Ada banyak cara yang dilakukan masyarakat untuk melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa tersebut. Sebagian masyarakat ada yang menyelenggarakan sedekah dengan membawa tumpeng dan hasil panen ke tempat yang dipercaya sebagai tempat keramat dan asal muasal leluhur desa. Sebagian lagi ada yang menyelenggarakan pagelaran kesenian berupa pagelaran sindir (Tayub), pagelaran wayang kulit, pagelaran ketoprak dan ada sebagian masyarakat yang menyelenggarakan pengajian dengan menghadirkan pembicara Kyai kondang dari luar Daerah.

     Kegiatan adat sedekah bumi dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan  itu berdasarkan adat dan kepercayaan yang sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang wilayah setempat. Masyarakat percaya bahwa sedekah bumi dapat memberikan efek positif bagi warga sekitar yang menyelenggarakan. Hasil panen yang melimpah dan terhindar dari malapetaka merupakan salah satu harapan yang dipercaya masyarakat dengan menyelenggarakan sedekah bumi.

     Desa Sadang Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban adalah salah satu Desa di Jawa Timur yang memegang teguh adat Sedekah Bumi. Setiap tahun setelah panen raya padi, Pemerintah Desa menyelenggarakan sedekah bumi dengan menyelenggarakan pagelaran wayang kulit. Pagelaran wayang ini diselenggarakan di punden (sumur) yang dipercaya sebagai tempat keramat dan asal muasal nenek moyang Desa Sadang.

     Selama dua tahun kebelakang, Pemerintah Desa Sadang hanya menyelenggarakan kegiatan Sedekah Bumi dengan cara terbatas. Jumlah warga yang datang di punden untuk membawa tumpeng dan sesaji pun dibatasi maksimal hanya 50% dari biasanya. Pagelaran wayang kulitpun hanya digelar paruh waktu saja dan itupun hanya digelar pada waktu siang hari sedangkan pagelaran wayang kulit malam hari ditiadakan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran wabah Cov1d-19.

     Namun untuk Tahun 2022 ini penyelenggaraan Sedekah Bumi Pemdes Sadang sudah sangat berbeda. Pemdes Sadang menyelenggarakan pagelaran Eayang Kulit secara full time untuk waktu siang dan malam. Hal ini disambut sangat antusias oleh seluruh warga masyarakat Desa Sadang. Seperti haus akan hiburan, ratusan masyarkat berkumpul jadi satu di punden sumur gedhe dengan membawa tumpeng dan sesaji untuk makan bersama yang kemudian dilanjutkan dengan menonton Wayang Kulit. 

     Setelah acara makan bersama, ada pertunjukan seni barong "Lestari Budoyo" yang menampilkan pertunjukan tarian barong dan tarian jatilan. Pertunjukan barong dimulai dari halaman Balai Desa Sadang dan diarak sepanjang jalan Panglima Sudirman dan finish di halaman punden Sumur Gedhe. Setibanya di Sumur Gedhe, rombongan seniman barong Lestari Budoyo kembali menampilkan aksinya untuk menghibur warga masyarakat Desa Sadang yang sudah berkumpul menunggu dimulainya Pagelaran Wayang Kulit.

     Setelah pertunjukan barong, sekira pukul 13.00 WIB pagelaran wayang kulitpun dimulai. Pagelaran Wayag Kulit pada siang hari tersebut dibawakan oleh Dalang Cilik yang masih duduk di bangku kelas 6 SD. Meskipun masih terbilang anak-anak, namun kepiawawaiannya dalam memainkan wayang kulit tidak perlu diragukan lagi, sudah nyaris sempurna seperti Dalang dewasa pada umumnya sehingga membuat decak kagum para penonton. Pagelaran wayang kulit diakhiri pada pukul 16.00 WIB dan dilanjutkan pagelaran wayang kulit di malam hari yang dimainkan oleh ki Agus Pramono dari Rembang yang dibawakan semalan suntuk. (@gus_sung)